Mengambil Unsur-unsur dari Parthenon
Mengambil
Unsur-unsur dari Parthenon
(Kritik arsitektur interpretatif impresionis untuk Kuil
Parthenon Yunani)
Arsitektur Klasik Yunani kuno
membawa pengaruh besar dan berlangsung hingga saat ini. Sebenarnya, diperlukan
penelusuran atau penelitian untuk membuktikan pengaruh ini untuk memastikan
bahwa kejadian saat ini adalah akibat dari sebab pada masa Yunani kuno. Namun,
sebuah literatur mengatakan bahwa Parthenon memiliki pengaruh begitu luas dan
sangat jarang bangunan memiliki pengaruh seperti itu.[1] Penggunaan
arsitektur Klasik Yunani kuno banyak saya temukan. Untuk ukuran penemuan yang
didapat secara tidak sengaja dari perjalanan dan pengamatan sekitar, secara
pribadi saya katakan banyak. Ini karena penemuan itu berhasil membuat saya
sadar akan adanya pengaruh arsitektur Klasik Yunani kuno saat ini.
Penemuan-penemuan itu di antaranya pada bangunan Istana Merdeka, kantor First
Travel, dan Universitas Teknik Istanbul (İstanbul Teknik Üniversitesi) di Turki.
Kritik interpretatif bersifat sangat pribadi, bebeda dengan kritik normatif. Kritikus
adalah seorang penafsir yang pandangannya sendiri lebih penting daripada
pedoman baku dari luar apa pun.
Tujuannya adalah untuk membuat orang lain melihat lingkungan buatan seperti yang
dilihatnya. Dalam kritik impresionis, yang merupakan bagian atau salah
satu cara dari kritik interpretatif, kritikus sesungguhnya mengabaikan objek
yang dinilai dan sebagai gantinya malah menggunakannya sebagai dasar untuk
menciptakan karya seni lain. Masih ada unsur penafsiran, tetapi titik pusat
upaya kritikus ada dalam penciptaan sesuatu yang baru.[2] Karena
itu, dalam tulisan ini, saya mencoba untuk menjadikan Kuil Parthenon sebagai
dasar untuk menciptakan karya lain dengan berimajinasi tentang bagaimana jika
unsur-unsur Parthenon diambil/digunakan untuk menghasilkan rancangan bangunan
baru dan menyajikan gambarannya di sini.
Gambaran Imajinasi
Fungsi bangunan Parthenon adalah
kuil. Namun, sejak zaman Neo-Klasik, pengaruh arsitektur Parthenon ini
diterapkan pada berbagai fungsi bangunan, seperti rumah-rumah peristirahatan,
balai kota, dan stasiun kereta.[1] Hal ini juga dapat dilihat pada
masa kini seperti yang saya sebutkan sebelumnya, di antaranya Istana Negara,
kantor First Travel, dan kampus di Turki. Lalu bagaimana jika arsitektur Klasik
ini diterapkan pada bangunan untuk aktivitas yang sangat pribadi, yaitu rumah
tinggal?
Sekilas dilihat dari luar, Parthenon
tidak tampak memiliki dinding meskipun denah pada referensi nomor 1 yang saya
gunakan menunjukkan adanya konstruksi menerus seperti dinding di bagian dalam.
Sebaliknya, justru unsur yang mencolok dari Parthenon adalah kolom. Barisan
kolom memberikan ketegasan batas antara ruang terbuka yang bersifat publik di sekitarnya
dan ruang terbangun atau bangunan itu sendiri yang bersifat lebih privat.
Selain itu, barisan kolom memberikan kesan tertutup karena jarak antarkolom
yang relatif dekat dan ukuran kolom yang besar dan tinggi. Karena ukuran ini pula,
ia memberikan kesan megah. Namun, bagaimana unsur yang memberikan kesan yang
megah ini kita terapkan pada bangunan kecil dengan dinding? Apakah tetap
terlihat megah?
Berjalan lebih jauh, kita beralih ke
atap. Bentuk atap Parthenon adalah prisma segitiga. Jika dilihat dari depan secara
dua dimensional, bentuk atapnya adalah segitiga sama kaki yang ceper. Bagaimana
jadinya jika bentuk ini diubah menjadi atap limasan dengan penutup atap genting
keramik yang umum digunakan di Indonesia? Atau bahkan dengan penutup atap kayu?
Rasanya masih ada yang kurang, tapi
garis besarnya tampak di sini …
Referensi
[1] Glancey, Jonathan. 2016.
The Story of Architecture. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
[2] Snyder,
James C. & Catanese, Anthony J. 1985. Pengantar Arsitektur. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Komentar
Posting Komentar