Paradigma Lain Perumahan yang Ideal


Paradigma Lain Perumahan yang Ideal:
No window at the façade at all” – Tampak yang Tanpa Tampak
(Kritik arsitektur normatif tipe mengenai fungsi untuk
rumah rancangan Andra Matin di Perumahan Ozone)
Meskipun ini adalah kritik, sebenarnya ini bukan kritik. Tanpa sengaja, pemilihan objek kritik ini membuat kalimat utama ini terasa begitu ekuivalen dengan jawaban Andra Matin mengenai strategi desain rumah di Perumahan Ozone, Bintaro, Jakarta, “Tampak yang tanpa tampak”.[1] Juga lebih dulu, pada suatu buku, “Karya tulis yang Anda hadapi ini hanya bentuknya saja berupa buku, tetapi isinya bukan”, kata Jakob Sumardjo dalam Pengantar bukunya Filsafat Seni.
Pada kalimat utama paragraf di atas, yang dimaksud dengan kata kritik yang pertama adalah kritik arsitektur, sedangkan kata kritik yang kedua adalah kritik yang dibayangkan atas dasar pemahaman bahasa lisan tanpa memahaminya dari literatur bahwa kritik terkesan memandang kesalahan untuk diperbaiki. Akan tetapi, kritik arsitektur memiliki metode-metode yang berbeda. Kritik tipe (istilah kritik tipe berpadanan dengan istilah kritik tipikal; istilah tipe berpadanan dengan istilah jenis) adalah kritik normatif yang berdasarkan kepada tipe. Wayne O. Attoe dalam Pengantar Arsitektur[2] menerangkan bahwa suatu jenis merupakan model yang digeneralisasikan bagi suatu golongan benda tertentu, seperti gereja-gereja Inggris pada abad ke-15, yang dianggap AWN Pugin sebagai arsitektur gerejani dan seyogyanya menjadi model bagi gereja-gereja akhir (abad ke-19). Dengan kata lain, kritik tipe adalah kritik yang memandang suatu objek sebagai model/contoh yang baik, pantas, atau dapat diterapkan bagi golongan objek serupa, misalnya golongan objek gereja, bank, atau rumah. Dengan begitu, kritik dalam tulisan ini bermaksud untuk memandang objek berdasarkan pengertian ini.
Rumah
Bagi orang yang banyak melalui waktunya di rumah, kalau ia benar-benar memerhatikan, merasakan, menghirup, dan mendengar, lingkungan dalam, luar, dan sekitar rumahnya, ia dapat memahami rumahnya sendiri dalam banyak hal. Ditambah dengan lamanya waktu ia tinggal di sana dan perasaannya yang dalam, ia bisa merasakan bahwa itu adalah rumahnya sendiri dan milikinya sendiri meskipun kenyataannya ia tinggal bersama keluarga dan bahkan itu adalah, misalnya, rumah kontrakan atau rumah dinas atau malah rumah kos. Dari pengalaman yang luar biasa itu, akhirnya sang penghuni itu bisa mendefinisikan apa itu rumah, mengambil rasanya, menggenggam esensinya.
Rumah adalah …
Lalu, apakah arti rumah menurut orang, menurut kalian, menurut Andra Matin?
Bagi Andra Matin, rumah berarti pulang.
“Rumah adalah tempat kita pulang, tempat relaks, tempat ngumpet, bisa bertemu orang terdekat. Semacam tempat hideaway.”
Begitu artinya.[1]
Ketika undang-undang yang berbicara, ia mengatakan: “Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya”.[3] Ia mendefinisikannya dengan isi yang lebih mendasar, umum, tegas, demi kepentingan masyarakat.
Paradigma Perumahan yang Ideal
Dalam pembahasannya mengenai proyek rumah di Perumahan Ozone (berdasarkan temuan di website Perumahan Ozone, ozoneresidence.weebly.com, saya menemukan bahwa rumah ini adalah rumah Tipe C), menurut Andra Matin, paradigma perumahan yang ideal adalah bahwa developer kebanyakan menjual tampak yang bagus; jendela dan pintu besar. Ia mencoba untuk mencari konsep real estate yang belum pernah ada di Jakarta. Lalu muncul ide, “Nah, bagaimana kalau paradigma perumahan yang ideal itu kami ubah?”.[1]
Ide itu pun berlanjut. Pertama, ia menggunakan warna-warna yang jarang dipakai, yakni abu-abu tua yang nyaris hitam. Kedua, sama sekali tidak ada jendela pada fasad rumah. Dengan kata lain, tanpa tampak.[1] Dilihat dari gambar dokumentasi dan denah pada buku Rumah[1], tampak yang tanpa tampak atau sepenuhnya dinding diterapkan di lantai 2. Memang, ini adalah sesuatu yang benar-benar baru. Tapi, ini bukan hanya sekadar baru dalam tampilannya, ide ini memiliki potensi.
Ide ini menghasilkan privasi penghuni bisa lebih terlindungi dengan tampak yang tanpa jendela. Pencahayaan alami pun masih dapat diperoleh dari bukaan di samping dan atas sehingga tidak banyak menggunakan lampu. Tampak eksterior yang polos dan berwarna gelap membuat interiornya kontras dan mengejutkan dengan penggunaan warna putih, yang terkesan lega. Tampak eksterior yang berwarna gelap dan tanpa jendela juga membuat massa bangunan lebih tegas sehingga tekukan bangunan, bayangan, tinggi-rendah menjadi lebih bisa dilihat dan bisa dirasakan.[1]
Fungsi Kenyamanan Termal
Tidak dapat disangkal lagi bahwa fungsi kenyamanan termal adalah fungsi yang harus dikandung dalam lingkungan buatan. Dikatakan fungsi karena hal itu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap tempat bernaung untuk menjaga kelangsungan hidup, terutama dalam hal kesetimbangan. Beberapa sistem tubuh bekerja sama untuk menjaga kesetimbangan lingkungan kimiawi dan fisik yang diperlukan agar sel dan jaringan tubuh dapat bekerja dengan baik melalui proses yang disebut homeostasis.[4] Kesetimbangan lingkungan itu juga dipengaruhi oleh lingkungan luar, seperti suhu, kelembapan, dan radiasi. Oleh karena itu, kenyamanan termal adalah sesuatu yang harus dicapai dalam rancangan bangunan.
Dampak baik atas penggunaan ide fasad rumah Tipe C yang tanpa tampak ini – tanpa jendela – adalah panas yang masuk dari bidang fasad lebih kecil daripada bidang fasad dengan jendela atau bukaan lainnya sebagaimana fasad rumah pada umumnya. Dalam rancangan rumah Andra Matin ini, dinding yang tanpa bukaan itu adalah dinding ruang-ruang di lantai 2, yaitu tidur, ruang tidur utama, dan ruang di antara kedua ruang tidur itu – melihat denahnya, saya tidak mengerti itu ruang apa. Perpindahan kalor terjadi dari satu (bagian) benda ke (bagian) benda yang lain dengan: 1) hantaran atau konduksi; 2) aliran atau konveksi; atau 3) pancaran atau radiasi.[5]
Perpindahan Panas
Ditinjau dari tiga cara perpindahan kalor tersebut, lebih kecilnya panas yang masuk dari luar ke dalam rumah yang tanpa tampak ini disebabkan oleh tidak adanya bukaan yang memungkinkan panas masuk dengan cara radiasi, sedangkan radiasi itu berasal dari sinar matahari. Konveksi udara luar dengan bidang eksterior juga meningkatkan suhu permukaan bidang tersebut. Tentunya bidang eksterior, misalnya dinding, rumah ini juga menerima radiasi matahari dan mengalirkan panas melalui bagian-bagian dalam konstruksi dinding dengan melalui konduksi, yang pada akhirnya, panas berpindah dengan konveksi terhadap udara interior. Dengan ketiga cara itulah panas dari luar berpindah ke dalam dengan melalui dinding  dan ide fasad yang tanpa bukaan ini dapat mengurangi perpindahan panas itu. Ide ini adalah ide yang dapat diterapkan untuk mengurangi panas yang masuk pada rancangan rumah, terutama yang sisi panjang dindingnya mendapat banyak penyinaran matahari dalam satu hari.
Penghawaan Alami
Jika di lantai 2 ada jendela yang dapat dibuka (berfungsi sebagai ventilasi) dan memungkinkan udara luar masuk, berkurangnya panas yang masuk ke dalam ruang-ruang lantai 2 dapat didukung dengan penghawaan alami. Pada gambar presentasi tiga dimensi (Gambar 1), terlihat pantulan cahaya lampu di dinding eksterior lantai 2.
Gambar 1  Presentasi tiga dimensi rumah Tipe C
Gambar oleh: ozoneresidence.weebly.com

Selain itu, dengan melihat denah lantai 2 (Gambar 2), dapat dilihat adanya konstruksi yang menghadap ke halaman samping dan berbeda dengan dinding yang tanpa bukaan.
Gambar 2  Denah rumah Tipe C
Gambar oleh: rumahdijual.com, r.rizal.reds

Pada foto (Gambar 3), juga terlihat adanya jendela terbuka dengan engsel di bagian atas.
Gambar 3  Jendela lantai 2 terlihat dari luar
Gambar oleh: rumah.com, Eka Puspita Dewi

Dinding yang menjorok ke dalam dan mendapat naungan dari sinar matahari oleh dinding-dinding lainnya seperti di rumah ini menerima lebih sedikit panas. Pembuatan jendela pada dinding ini membuat ruang di dalamnya tetap bisa memperoleh udara dari luar tanpa adanya risiko yang besar atas kesilauan dan panas dari sinar matahari.
Referensi
[1]   Matin, Andra; Ganesha, Gana; dan Imelda Akmal Architectural Writer Studio. 2016. Rumah. Jakarta: PT. Imaji Media Pustaka dan a. Publication
[2]   Snyder, James C. & Catanese, Anthony J. 1985. Pengantar Arsitektur. Jakarta: Penerbit Erlangga
[3]   Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
[4]   Parker, Steve. 2013. Ensiklopedia Tubuh Manusia – Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga
[5] Frick, Heinz; Ardiyanto, Antonius; dan Darmawan, AMS. 2008. Ilmu Fisika Bangunan – Pengantar Pemahaman Cahaya, Kalor, Kelembapan, Iklim, Gempa Bumi, Bunyi, dan Kebakaran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Komentar

Postingan Populer